Jakarta – Indonesia kini diterpa lonjakan kasus COVID-19 akibat varian Omicron yang diketahui menular lebih cepat dibandingkan varian Delta, biang kerok pada lonjakan COVID-19 tahun lalu. Per Kamis (10/2/2022), RI mencatat 40.618 kasus baru COVID-19.
Meski sempat menyentuh 46 ribu, angka tersebut belum menjadi puncak kasus COVID-19 RI pada gelombang Omicron kali ini. Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi menyebut, puncak kasus COVID-19 diprediksi akan tiba akhir Februari atau awal Maret mendatang.
“Di akhir Februari atau di awal Maret 2022 ini merupakan puncak kasus Omicron yang bisa diprediksi itu tiga kali sampai enam kali lebih tinggi daripada varian Delta,” ujarnya dalam konferensi pers virtual terkait Update Perkembangan COVID-19, Kamis (10/2).
Di samping itu, dr Nadia menyebut berbeda dengan gelombang COVID-19 akibat varian Delta, lonjakan drastis jumlah kasus COVID-19 kini tak dibarengi peningkatan signifikan jumlah pasien COVID-19 yang membutuhkan perawatan di ICU.
Meski kebanyakan pasien COVID-19 varian Omicron mengalami gejala ringan, dr Nadia menegaskan masyarakat untuk tetap waspada.
“Walaupun demikian, kita akan melihat tren peningkatan yang signifikan dari Omicron ini tidak berbanding lurus dengan peningkatan kasus-kasus yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Hanya tetap bahwa kita harus waspada,” sambungnya.
“Masyarakat yang tentunya tidak bergejala atau gejala ringan seperti batuk, pilek, demam kemudian sakit tenggorokan dan saturasi oksigen lebih dari 95 persen tidak memiliki komorbid serta bukan lansia diharapkan untuk dapat melakukan isolasi mandiri di rumah,” pungkas dr Nadia.